Pembelajaran Saintifik
I.
PENDAHULUAN
Perubahan
merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan yang
terjadi adalah pergantian Kurikulum 2013 dari Kurikulum sebelumnya. Dalam
rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan
Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan pada Sekolah/Madrasah, yang
juga bisa disebut dengan pembelajaran saintifik.
Penerapan kurikulum ini tentu dilakukan secara bertahap. Ada banyak komponen
yang melekat pada Kurikulum Tahun 2013 ini. Hal yang paling menonjol adalah
pendekatan dan strategi pembelajarannya. Guru masih memahami dan menerapkan
pendekatan dan strategi pembelajaran Kurikulum sebelumnya. Hal ini perlu ada
perubahan mindset dari metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi
pembelajaran pola baru sesuai dengan yang diterapkan pada Kurikulum Tahun 2013.
Diperkenalkannya
kurikulum 2013
ini
banyak pihak berharap bahwa
dunia
pendidikan di Indonesia semakin berkembang
dan
semakin maju. Dengan sistem pembelajaran saintifik yang di dalamnya banyak terkadung berbagai metode pembelajaran yang
dapat di
gunakan oleh peserta didik. Di sini yang
mendominasi seluruh
pembelajaran adalah peserta didik, peserta didik di harapkan aktif dan bersifat memberi ilmu pengetahuan juga kepada teman
yang lain,
jadi
tidak
hanya menerima saja. Proses pembelajaran sepenuhnya
diarahkan pada pengembangan ketiga ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan)
secara utuh atau holistic, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa
dipisahkan dengan yang lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran secara
utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap
pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa definisi pembelajaran dengan pendekatan
saintifik?
B. Bagaimana karakteristik pembelajaran
dengan pendekatan saintifik?
C. Apa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik?
D. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran
dengan pendekatan saintifik?
E. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran
dengan pendekatan saintifik?
III. PEMBAHASAN
A.
Definisi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulakan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peseta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang
diharapkan tercipata diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu
dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru
diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan
semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Model ini menekankan
pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang
perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator
yang membimbing dan mengkoordinasikan
kegiatan
belajar. Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan
saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih
aktif dalam
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong
siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari
suatu fenomena atau kejadian.
Dengan
demikian
peserta
didik diarahkan untuk
menemukan sendiri
berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang
diperlukan untuk kehidupannya. Fokus
proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan
pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.
B.
Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan
Saintifik
Pembelajaran
dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang
potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berfikir tingkat tinggi siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
C.
Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan
tersebut. Bebrapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagai
berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek,
khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana
siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam
mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.
D.
Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan
Saintifik
Beberapa
prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
2. Pembelajaran membentuk students self
concept.
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5. Pembelajarn mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berfikir siswa.
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi
belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
7. Memberiakan kesempatan kepada siswa
untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
8. Adanya proses validasi terhadap konsep,
hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
E.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan
Saintifik
Kegiatan
pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Proses pembelajaran harus menyentuh
tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta.
Untuk
mata pelajaran, materi atau situasi tertentu sangat mungkin pendekatan ilmiah
ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti
ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau
sifat-sifat non-ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
1. Mengamati
Kegiatan
mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mangamati sangat bermanfaat bagi
pemenuh rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi.
Dalam
kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bevariasi kesempatan peserta
didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar)
hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran yaitu
cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran.
2. Menanya
Guru
harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Dalam kegiatan menanya, guru
membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa
yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Guru perlu membimbing peserta didik
untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek
yang konkrit sampai pada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,
atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai
kepada pertanyaan yang bersifat hipotesis. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi secara kritis, logis, dan sistematis (critical thinking skills).
Dari
situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih
memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mendiri. Dari kegitan kedua dihasilkan
sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya, dikembangkan rasa ingin tahu
peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang
lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang
ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
3. Mencoba
Aplikasi
metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar,
yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata
untuk ini adalah:
a) menentukan tema atau topik sesuai dengan
kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;
b) mempelajari cara-cara penggunaan alat
dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
c) mempelajari dasar teoritis yang relevan
dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya;
d) melakukan dan mengamati percobaan;
e) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis,
dan menyajikan data;
f) menarik
kesimpulan atas hasil percobaan; dan
g) membuat laporan dan mengomunikasikan
hasil percobaan.
Agar
pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
a) guru hendaknya merumuskan tujuan
eksperimen yang akan dilaksanakan murid;
b) guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan
yang dipergunakan;
c) perlu memperhitungkan tempat dan waktu;
d) guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid;
e) guru membicarakan masalah yang akan
dijadikan eksperimen;
f) membagi
kertas kerja kepada murid;
g) murid melaksanakan eksperimen dengan
bimbingan guru; dan
h) guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, jika dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
4. Menalar
Menalar
adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam benyak hal dan
situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses
berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa
khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu
dikenal sebagai asosiasi atau menalar.
5. Mengolah
Pada
tahapan mengoalah ini, peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar
secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru
lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu
falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama
jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam
situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara
semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkinkan peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta
didik secara bersama-sama, saling bekerja sama, saling membantu mengerjakan
hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
6. Menyimpulkan
Kegiatan
menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan
bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan
sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
7. Menyajikan
Hasil
tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan
dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
untuk portofolio kelompok dan atau individu, yang sebelumnya dikonsultasikan
terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendati tugas dikerjakan secara
berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing
individu sehingga portofolio yang dimasukkan ke dalam file atau map peserta
didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.
8. Mengomunikasikan
Pada
kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara
individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan
mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik
mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau
ada yang harus diperbaiki.
IV. PENUTUP
A. Simpulan
Pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulakan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti:
mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengolah, menyimpulkan, menyajikan dan mengomunikasikan.
Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan
tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah
dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Dalam
model pembelajaran saintifik, peserta didik
diarahkan
untuk
menemukan sendiri
berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang
diperlukan untuk kehidupannya. Fokus
proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan
pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.
B. Saran
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.