Rabu, 17 Juni 2015

Tugas UAS Biografi Rikza Chamami



Biografi Rikza Chamami

Rikza Chamami merupakan nama yang telah diberikan oleh orang tua dosen pengampu mata kuliyah KTI “Karya Tulis Ilmiah”. Menulis merupakan hobinya sejak kecil dan menjadi salah satu bidang yang di sukainya. Sejak di SD beliau menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, guru yang mengajar menjadi guru favorit, guru tersebut sering memberi tugas untuk menuliskan apa saja yang sering di lakukan di rumah, mulai berangkat dari rumah dampai sekolah dan di laporkan dalam bentuk tulisan. Selain itu juga ada tugas mengarang, kalau ada tugas beliau sangat senang.
Ketika menjadi murid MTS beliau mulai tertarik kembali dengan dunia nulis-menulis, mulai dari menulis Puisi sampai Cerpen yang dikirim ke majalah yang ada di sekolah. Dari puisi yang telah di kirim ke majalah itu beliau mempunyai moivasi “ Bahwa tulisan saya sudah di muat dan itu menjadi karya pertama yang ada di majalah.
Ketika Aliyah tidak berbeda dengan saat MTS, semangat menulis beliau semakin memuncak karena beliau bergabung di redaksi majalah di sekolah. Saat itu Jurnalistik menjadi salah satu hobi favorit, hobi lainnya Pramuka, dari ikut PKS “Polisi Keamanan Sekolah”, Saka Bayangkara di Polres Kudus, dan Kader Disiplin Nasional di Podorejo. Di majalah sekolah beliau mulai berkembang, termasuk di kirim mengikuti pelatihan Jurnalistik di MA Futuhiyah Mranggen.
Di saat kelas I di MA beliau juga mengikuti Traineng Jurnalistik, pada kenaikan kelas II beliau diamanati sebagai Piner redaksi, selain itu di kelas I beliau sudah sering wawancara dengan beberapa tokoh, salah satunya Gus Dur. Hal itu terbawa samapai perkuliahhan. Di MA beliau juga sering mengikuti beberapa lomba, salah satunya Karya Tulis Ilmiah, Alhamdulillah beliau menjadi juara.
Beliau juga mempunyai hobi lain selain menulis, antara lain Rebana, Pramuka. Di kampus pertama mengikuti organisasi di LPM Edukasi dan LPM Amanat. Karya beliau pertama kali di muat di Koran Suara Merdeka, dan yang kedua di Wawasan. Berangkat dari beberapa pengalaman itulah menulis sampai sekarang menjadi hobi beliau. Inti yang beliau pegang adalah lebih baik mati dari pada hidup tidak berkarya. Baginya, apabila beliau sudah tidak ada yang akan berbicara adalah tulisannya.

Selasa, 16 Juni 2015

Makalah Pembelajaran Saintifik



Pembelajaran Saintifik
I.            PENDAHULUAN
Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi adalah pergantian Kurikulum 2013 dari Kurikulum sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan pada Sekolah/Madrasah, yang  juga  bisa  disebut  dengan pembelajaran saintifik. Penerapan kurikulum ini tentu dilakukan secara bertahap. Ada banyak komponen yang melekat pada Kurikulum Tahun 2013 ini. Hal yang paling menonjol adalah pendekatan dan strategi pembelajarannya. Guru masih memahami dan menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran Kurikulum sebelumnya. Hal ini perlu ada perubahan mindset dari metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi pembelajaran pola baru sesuai dengan yang diterapkan pada Kurikulum Tahun 2013.
Diperkenalkannya  kurikulum  2013  ini  banyak pihak  berharap bahwa dunia pendidikan di Indonesia semakin berkembang dan  semakin  maju.  Dengan  sistem  pembelajaran  saintifik  yang  di dalamnya banyak terkadung berbagai metode pembelajaran yang dapat di gunakan oleh peserta didik. Di sini yang mendominasi seluruh pembelajaran adalah peserta didik, peserta didik di harapkan aktif dan bersifat memberi ilmu  pengetahuan  juga kepada teman  yang lain,  jadi tidak hanya menerima saja. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) secara utuh atau holistic, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan yang lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.

II.         RUMUSAN MASALAH
A.    Apa definisi pembelajaran dengan pendekatan saintifik?
B.     Bagaimana karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik?
C.     Apa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik?
D.    Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik?
E.     Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik?
III.      PEMBAHASAN
A.      Definisi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulakan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peseta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipata diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.[1]
Model ini menekankan  pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator  yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian.
Dengan  demikian  peserta  didik  diarahkan  untuk  menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan  untuk  kehidupannya.  Fokus  proses  pembelajaran  diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.[2]

B.       Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:[3]
1.    Berpusat pada siswa.
2.    Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip.
3.    Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa.
4.    Dapat mengembangkan karakter siswa.

C.      Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Bebrapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagai berikut:[4]
1.    Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
2.    Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3.    Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4.    Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5.    Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6.    Untuk mengembangkan karakter siswa.

D.      Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:[5]
1.      Pembelajaran berpusat pada siswa.
2.      Pembelajaran membentuk students self concept.
3.      Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4.      Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5.      Pembelajarn mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa.
6.      Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
7.      Memberiakan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
8.      Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

E.       Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:[6]
1.    Mengamati
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mangamati sangat bermanfaat bagi pemenuh rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bevariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran yaitu cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
2.    Menanya
Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai pada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotesis. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan sistematis (critical thinking skills).
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mendiri. Dari kegitan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya, dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
3.    Mencoba
Aplikasi metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
a)    menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;
b)   mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
c)    mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya;
d)   melakukan dan mengamati percobaan;
e)    mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
f)              menarik kesimpulan atas hasil percobaan; dan
g)   membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
a)    guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid;
b)   guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan;
c)    perlu memperhitungkan tempat dan waktu;
d)   guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid;
e)    guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen;
f)              membagi kertas kerja kepada murid;
g)   murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru; dan
h)   guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, jika dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
4.    Menalar
Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam benyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.
5.    Mengolah
Pada tahapan mengoalah ini, peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerja sama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
6.    Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
7.    Menyajikan
Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu, yang sebelumnya dikonsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendati tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu sehingga portofolio yang dimasukkan ke dalam file atau map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.
8.    Mengomunikasikan
Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.

IV.      PENUTUP
A.    Simpulan
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulakan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti: mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengolah, menyimpulkan, menyajikan dan mengomunikasikan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Dalam model pembelajaran saintifik, peserta  didik  diarahkan  untuk  menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan  untuk  kehidupannya.  Fokus  proses  pembelajaran  diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.

B.     Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.


[1] M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 34-35
[2] Ahmad Sudrajat, Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran, http://www.ahmadsudrajat.blogspot.com/2013/pendekatan-saintifik-ilmiah-dalam-proses- pembelajaran.html, diakses tanggal 02-05-2015, 13:28 WIB
[3] M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 36
[4] M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 36-37
[5] M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 37
[6] Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 211-234