Selasa, 31 Maret 2015

Langkah-langkah Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

I.         PENDAHULUAN
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat. Menulis dapat berarti menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan ini ialah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir secara kritis.
Menulis merupakan tindak komunikasi yang pada hakikatnya sama dengan berbicara. Persamaan itu terletak pada tujuan dan muatannya. Tujuan menulis adalah untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain, sedangkan muatannya adalah berupa pikiran, perasaan, gagasan, pesan, dan pendapat. Kemahiran menulis adalah kemahiran menggunakan lambang bunyi bahasa. Ada dua hal penting yang diperlukan dalam menulis, yaitu bahan tulisan dan cara menuliskannya.
Karya ilmiah merupakan tulisan yang didasarkan atas penelitian ilmiah. Namun, belakangan ini mulai berkembang paradigma baru bahwa suatu karya ilmiah tidak didasarkan pada penelitian ilmiah saja, melainkan juga suatu kajian terhadap suatu masalah yang dianalisis oleh ahlinya secara profesional. Karya ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diteima oleh komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati.
Karya ilmiah merupakan tulisan yang memiliki bobot akademis tertentu ditinjau dari aspek organisasi tulisan, substansi masalah, akurasi data, dan penyajian. Karya ilmiah juga merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi, atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan bukti-bukti empirik, tidak banyak berguna jika tidak disebarluaskan. Oleh sebab itu, tulisan dapat dikatakan ilmiah apabila tulisan tersebut berdasarkan fakta dan data, baik secara teoritis maupun empirik yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ini berarti tulisan ilmiah itu harus disajikan dalam bentuk tulisan yang objektif, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.[1]
Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan sistematika yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan sulit untuk dimuat, suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasikan. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasi, namun pada umumnya meminta penulis untuk menjawab lima pertanyaan berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?, (2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan masalah?, (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu?, (4) Apa yang ditemukan itu?, serta (5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu?.[2]
Dengan uraian tersebut, diharapkan penulis dapat memulai menyusun karya ilmiah dan untuk lebih jelasnya kami akan memaparkan langkah-langkah penyusunan karya tulis ilmiah.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.     Bagaimana Mempersiapkan Ide Dasar Karya Tulis Ilmiah?
B.      Bagaimana Merumuskan Masalah?
C.      Bagaimana Mengkaji Teori?
D.     Bagaimana Menggali Data Lapangan?
E.     Bagaimana Mengolah Data?
F.      Bagaimana Menarik Kesimpulan?


III.   PEMBAHASAN
A.    Mempersiapkan Ide Dasar Karya Tulis Ilmiah
Dalam mempersiapkan ide hal yang dilakukan adalah pemilihan masalah atau topik dan mempertimbangkannya. Topik atau masalah adalah pokok pembicaraan. Topik banyak tersedia dan melimpah di sekitar kita, misalnya persoalan kemasyarakatan, pertanian, manajemen, akuntasi, sumber daya manusia, kedokteran, teknik, industri, hukum, pariwisata, perhotelan, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Dalam hubungan dengan pemilihan topik yang hendak diangkat ke dalam karya ilmiah, Keraf (1980: 111) berpendapat bahwa penyusunan karya ilmiah lebih baik menulis sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang benar-benar diketahui daripada menulis pokok-pokok yang tidak menarik atau tidak diketahui sama sekali. Sehubungan dengan isi pernyataan itu, Arifin dan Tasai (2006: 8) menyampaikan hal-hal berikut yang patut dipertimbangkan dengan saksama oleh penyusun karya ilmiah seperti di bawah ini:
1.      Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari diri kita karena hal itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.
2.      Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
3.      Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.
4.      Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik yang bersifat subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
5.      Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
6.      Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis. Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web, atau undang-undang.[3]
B.     Merumuskan Masalah
Pada umumnya, untuk mengawali suatu tulisan ilmiah, harus ada masalah yang akan dikaji. Dalam kasus ini, para penulis pemula biasanya akan mengalami kesulitan dalam menemukan masalah. Oleh karena itu, para penulis pemula sebaiknya banyak berlatih mengidentifikasi masalah dan merumuskannya secara tepat. Keahlian ini dapat dibangun dengan cara banyak berlatih.
Komponen-komponen dalam menentukan masalah, antara lain:
1.         Cara menemukan masalah yang akan dikaji dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a.         Kita dapat melihat hasil kesimpulan dan rekomendasi hasil tulisan atau riset yang pernah dilakukan oleh orang lain. Biasanya penulis membuat suatu rekomendasi yang menyatakan bahwa riset yang dilakukan belum selesai secara sempurna sehingga penulis lain dapat melanjutkan riset yang dinyatakan belum selesai secara utuh tersebut dan diperlukan pengkajian lebih lanjut.
b.        Kita dapat menemukan masalah dengan cara membaca teori yang berkaitan dengan topik yang akan dikaji. Jika kita membaca teori dan referansi mengenai topik yang berkaitan dengan kajian kita ,maka kemungkinan besar kita akan menemukan ide masalahnya.
c.         Teknik lain ialah, dengan melihat masalah yang sudah dikaji oleh orang. Masalah yang sudah dikaji oleh orang lain dapat dikajikan sebagai bahan inspirasi untuk menemukan masalah sendiri yang kemudian dapat dikembangkan. Salah satu cara yang efektif ialah dengan mereproduksi atau mengaplikasikan metode yang digunakan dalam konteks yang berbeda. Artinya, kita dapat mengembangkan masalah yang mirip dengan menggunakan data atau fakta yang berbeda, yang berasal dari konteks tempat dan waktu yang berbeda.
d.        Jika memungkinkan, kita dapat menemukan masalah yang baru dan layak untuk diteliti. Tentunya, ini memerlukan usaha yang tidak mudah karena kita perlu melakukan observasi atau eksperimen yang berulang-ulang.[4]
2.      Masalah hendaknya dirumuskan dengan jelas, yakni dengan merumuskan secara spesifik. Setiap konsep dalam rumusan itu harus diberi penjelasan. Selain itu dalam menentukan masalah, ada beberapa kesalahan dalam menemukan masalah, antara lain:
a.    Masalah terlampau luas.
b.   Masalah terlampau sempit.
c.    Masalah mengandung emosi, prasangka, atau unsur-unsur yang tidak alamiah.[5]
3.      Permasalahan dapat dirumuskan dari bermacam-macam sumber, yaitu:
a.    Teori,
b.   Dokumen,
c.    Pengalaman,
d.   Tingkah laku manusia,
e.    Hasil penelitian, seminar, dan kegiatan ilmiah lainnya.
4.      Syarat-syarat perumusan masalah
Setelah diperoleh permasalahan yang berasal dari sumber tertentu, kemudian diformulasikan untuk mendapatkan identitas arah dan tujuan, sehingga tidak akan menimbulkan keraguan dalam berpikir pada arah yang dimaksud. Syarat pada umumnya dilakukan dengan memenuhi kondisi simpel antara lain sebagai berikut:
a.    Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
b.    Dirumuskan dalam susunan kalimat yang sederhana dan mengurangi penggunaan istilah belum baku.
c.    Dirumuskan secara singkat, jelas dan padat, tidak menimbulkan kerancuan pengertian.
d.   Perumusan masalah harus mencerminkan keinginan yang hendak dicari.
e.    Perumusan tidak mempersulit dalam pencarian data lapangan terutama terhadap data langka.
f.     Rumusannya dapat dipakai sebagai dasar dalam perumusan hipotesa untuk menjaga kemungkinan keinginan dari peneliti lain yang hendak menguji permasalah tersebut.
g.    Karena permasalahan dapat dijadikan dasar dalam penyusunan judul maka perumusannya harus dapat direfleksikan ke dalam judulnya.[6]
5.      Ada beberapa ciri masalah yang baik, diantaranya:
a.    Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian.
b.    Masalah yang dipilih harus mempunyai fisibilitas.
c.    Masalah yang dipilih sesuai dengan kualifikasi si peneliti.[7]
C.    Mengkaji Teori
Setelah masalah penelitian atau karya ilmiah dirumuskan maka harus dilanjutkan dengan kajian teori yang relevan dengan masalah dan tujuan. Kajian teori dapat bersumber dari buku, jurnal, atau karangan ilmiah yang telah ada.[8] Dalam science, teori memegang peranan yang penting sekali. Teori sangat pokok dan merupakan dasar bagi science. Dalam percakapan sehari-hari bila dikatakan “itu teori belaka”, maka teori diartikan sebagai spekulasi, sesuatu yang belum terbukti kebenarannya. Teori dianggap baru akan menjadi fakta, setelah terbukti kebenarannya. Dianggap bahwa fakta itu dengan sendirinya benar dan tidak perlu dibuktikan lagi.
Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta. Teori menyusun fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami. Fakta tidak dapat mengembangkan ilmu pengetahuan jika dikumpulkan tanpa sistem. Sistem disusun berdasarkan teori. Tanpa sistem dan teori, science tidak dapat mengadakan ramalan atau redaksi tentang apa yang akan terjadi dalam kondisi tertentu. Jadi fakta dalam ilmu pengetahuan adalah hasil observasi, tidak secara acakan, akan tetapi relevan dan bertalian dengan teori. Maka teori dan fakta saling berhubungan. Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi karena interaksi antara fakta dan teori.
Teori merupakan alat science yang penting sekali. Fungsinya, antara lain:
1.       Teori mengarahkan perhatian
        Teori memberi orientasi atau arah kepada penelitian dan membatasi fakta-fakta yang harus dipelajari dari dunia kenyataan yang luas. Tiap ilmu pengetahuan dan tiap spesialisasi membatasi gejala-gejala bidang penelitiannya sehingga dapat dikuasai. Teori dapat membantu menentukan fakta-fakta mana yang relevan bagi suatu penelitian.
2.      Teori merangkum pengetahuan
         Teori merangkum fakta-fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip, sehingga fakta-fakta lebih mudah dipahami dalam rangka generalisasi itu. Teori juga mencoba melihat hubungan antara generalisasi-generalisasi yang serba kompleks dengan membentuk sistem-sistem pemikiran ilmiah.
3.      Teori meramalkan fakta
          Dengan teori dicoba meramalkan kejadian yang akan datang dengan mempelajari kondisi-kondisi yang menuju kepada kejadian itu.[9]
D.    Menggali Data Lapangan
Data adalah informasi yang didapat melalui pengukuran- pengukuran tertentu, untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta. Sedangkan fakta adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empirik.[10] Menggali data lapangan merupakan jenis data yang diklasifikasikan maupun dianalisis untuk mempermudah dalam menghadapkan pada pemecahan permasalahan, data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi, angket, studi dokumentasi, dan alat lainnya merupakan data primer. Data primer diperolehnya sendiri secara mentah-mentah dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih lanjut.[11]
Secara Metodologis dikenal beberapa teknik dalam menggali data lapangan, diantaranya:
1.      Observasi
      Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut pengobservasian (observer) dan pihak yang diobservasi disebut terobservasi (observee).
      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan observasi:
a.      Diarahkan pada tujuan tertentu, bukan bersifat spekulatif, melainkan sistematis dan terencana.
b.      Dilakukan pencatatan sesegera mungkin, jangan ditangguhkan dengan mengadalkan kekuatan daya ingat.
c.      Diusahakan sedapat mungkin, pencatatan secara kuantitatif.
d.     Hasilnya harus dapat diperiksa kembali untuk diuji kebenarannya.
2.      Wawancara
      Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Orang yang mengajukan pertanyaan dalam proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan yang memberikan wawancara disebut (interviewe).
        Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara:
a.      Menjalani hubungan baik dengan yang akan diwawancarai serta menjelaskan maksud dari wawancara yang akan dilakukan dengan harapan dapat mengungkapkan sebanyak mungkin data yang ingin digali.
b.      Menyampaikan pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner (berasal dari bahasa inggris yaitu quesionaire yang artinya serangkaian pertanyaan) yang disusun secara sistematis (Wibster, 1978). Bila daftar pertanyaan dipegang oleh pewawancara sebagai pedoman, disebut pedoman wawancara, bila disebarkan untuk diisi langsung oleh responden disebut pedoman angket.
c.      Mencatat semua jawaban lisan yang diberikan oleh responden/informan secara teliti, efisien, dan efektif dengan memperhatikan maksud yang tersirat dalam jawaban itu.
3.      Angket
       Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum.
4.      Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti perkembangan klien melalui catatan pribadinya.[12]
E.     Mengolah Data
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan. Proses awal pengelolahan data itu dimulai dengan melakukan editing setiap data yang masuk. Proses pelaksanaan editing, ada enam hal yang perlu diperhatikan (Sudarso, 2005), yaitu:
a.       Lengkap tidaknya kuesioner yang akan diisi.
b.      Keterbacaan tulisan.
c.       Kejelasan makna jawaban.
d.      Kesesuaian atau keajekan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lain.
e.       Relevansi jawaban.
f.       Keseragaman kesatuan data.
Setelah dilakukan proses editing, dilanjutkan dengan proses coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya. Kemudian untuk memperjelas melihat kategori atau klasifikasi data tersebut, dibuat tabel frekuensinya. Tabel tersebut dapat berisi satu variabel (univariat), dua variabel (bivariat), atau lebih dari dua variabel (multivariat).[13]
F.     Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan atau konklusi merupakan rangkuman dari ide-ide yang telah  disajikan dalam semua tulisan.[14] Kesimpulan dalam karya ilmiah bukanlah merupakan suatu karangan atau diambil dari pembicaraan-pembicaraan lain, akan tetapi hasil suatu proses tertentu yaitu “menarik”, dalam arti “memindahkan” sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain.
Menarik kesimpulan harus mendasar atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keinginan peneliti. merupakan kesalahan terbesar apabila kelompok peneliti membuat kesimpulan yang bertujuan menyenangkan hati pemesan, dengan cara manipulasi data.   
Bagian pokok dan merupakan pengarah kegiatan penelitian adalah perumusan problematik. Di dalam problematika ini, peneliti mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari jawabnya  melalui kegiatan penelitian. Sehubungan dengan pertanyaan inilah maka peneliti mencoba mencari jawaban sementara yang disebut hipotesis.
Sedangkan kesimpulan yang ditarik berdasarkan data yang telah dikumpulkan, adalah merupakan jawaban, benar-benar jawaban yang dicari, walaupun tidak selalu menyenangkan hatinya. Oleh karena itu harus tampak jelas hubungan antara problematik, hipotesis, dan kesimpulan.[15]

IV.   PENUTUP
A.    Kesimpulan
Langkah-langkah penyusunan karya tulis ilmiah, adalah sebagai
 berikut:
1.      Mempersiapkan Ide Dasar Karya Tulis Ilmiah
          Dalam mempersiapkan ide hal yang dilakukan adalah pemilihan masalah atau topik dan mempertimbangkannya. Arifin dan Tasai (2006:8) menyampaikan hal-hal berikut yang patut     dipertimbangkan dengan saksama oleh penyusun karya ilmiah seperti di bawah ini:
a.         Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita.
b.        Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian.
c.         Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas.
d.        Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif.
e.         Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiah.
f.         Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan.
2.      Merumuskan Masalah
Mengawali suatu tulisan ilmiah, harus ada masalah yang akan dikaji. Untuk mengidentifikasi masalah dan merumuskannya secara tepat. Keahlian ini dapat dibangun dengan cara banyak berlatih.
Komponen-komponen dalam menentukan masalah, antara lain:
a.         Cara menemukan masalah yang akan dikaji dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik.
b.        Masalah hendaknya dirumuskan dengan jelas,
c.         Permasalahan dapat dirumuskan dari bermacam-macam sumber.
d.        Adanya Syarat-syarat perumusan masalah.
e.         Adanya beberapa ciri-ciri masalah yang baik.
3.      Mengkaji Teori
Setelah masalah penelitian atau karya ilmiah dirumuskan maka harus dilanjutkan dengan kajian teori yang relevan dengan masalah dan tujuan. Kajian teori dapat bersumber dari buku, jurnal, atau karangan ilmiah yang telah ada.
Teori merupakan alat science yang penting sekali. Fungsinya, antara lain:
a.         Teori mengarahkan perhatian.
b.        Teori merangkum pengetahuan.
c.         Teori meramalkan fakta.
4.      Menggali Data Lapangan
Menggali data lapangan merupakan jenis data yang diklasifikasikan maupun dianalisis untuk mempermudah dalam menghadapkan pada pemecahan permasalahan. Secara Metodologis dikenal beberapa teknik dalam menggali data lapangan, diantaranya:
a.       Wawancara.
b.      Observasi.
c.       Angket.
d.      Studi dokumentasi.
5.      Mengolah Data
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan. Proses awal pengelolahan data itu dimulai dengan melakukan editing setiap data yang masuk, dilanjutkan dengan proses coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya. Kemudian untuk memperjelas melihat kategori atau klasifikasi data tersebut, dibuat tabel frekuensinya.
6.      Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan atau konklusi merupakan rangkuman dari ide-ide yang telah  disajikan dalam semua tulisan. Menarik kesimpulan harus mendasar atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian.


B.     Saran
Demikian makalah tentang Langkah-Langkah Penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang sudah kami paparkan. Kami menyadari makalah kami jauh dari sempurna, maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Harapan dari pemakalah, semoga maklah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.


BIODATA PEMAKALAH

Nama                    :    Lailatus Saadah
Nim                      :    123911059
Jurusan     :    Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
TTL                      :    Jepara, 05 Februari 1994
Alamat                 :    Ds. Kedungmalang, Kec. Kedung, Kab. Jepara
No. hp                  :    081578058667
Email                    :    laila_saadah94@yahoo.co.id
Twiteer     :    @laila_saadah94
Facebook  :     Lailatus Saadah

Nama                    :     Liani Ida Lutfiyati
Nim                      :     123911061
Jurusan     :     Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
TTL                      :     Grobogan, 11 Desember 1993
Alamat     :     Ds. Genengadal Kec. Toroh Kab. Grobogan
No. hp      :     089610178345
Email                    :     lianilutfia@gmail.com
Twiteer     :     @LianiIda
Facebook  :     Lia Lutfia

Nama                    :    Nurul Fitri H
Nim                      :
Jurusan     :
TTL                      :
Alamat     :     Ds. Kec. Kab.
No. hp      :
Email                    :
Twiteer     :
Facebook  :


              [1] Dalman, Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 1-3
             [2] Dalman, Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 11
[3] Dalman, Menulis Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 55-
[4] Jonathan Sarnowo, Pintar Menulis Karangan Ilmiah: Kunci Sukses Dalam Menulis Ilmiah, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010), hlm. 5-6
[5] S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm 18-22
[6] Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam teori dan praktek, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1991), hlm. 82-83
[7] Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 65
[8] Abdul Chaer, Ragam Bahasa Ilmiah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), hlm. 183-184
[9] S. Nasution, Metode Research:Penelitian Ilmiah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 3-4
[10] Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 104
[11] Joko Subagyo, Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1997), hlm. 87
[12] Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 104-112


[13] Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 394-395  
[14] Sudarwan denim, Karya Tulis Inovati, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),  hlm. 38
[15]  Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hlm. 385