LANGKAH-LANGKAH
PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
I.
PENDAHULUAN
Kegiatan menulis merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Menulis berarti
mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara
tersurat. Menulis dapat berarti menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. Pada
prinsipnya fungsi utama dari tulisan ini ialah sebagai alat komunikasi yang
tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para
pelajar berpikir secara kritis.
Menulis merupakan tindak
komunikasi yang pada hakikatnya sama dengan berbicara. Persamaan itu terletak
pada tujuan dan muatannya. Tujuan menulis adalah untuk menyampaikan sesuatu
kepada orang lain, sedangkan muatannya adalah berupa pikiran, perasaan,
gagasan, pesan, dan pendapat. Kemahiran menulis adalah kemahiran menggunakan
lambang bunyi bahasa. Ada dua hal penting yang diperlukan dalam menulis, yaitu
bahan tulisan dan cara menuliskannya.
Karya ilmiah merupakan tulisan
yang didasarkan atas penelitian ilmiah. Namun, belakangan ini mulai berkembang
paradigma baru bahwa suatu karya ilmiah tidak didasarkan pada penelitian ilmiah
saja, melainkan juga suatu kajian terhadap suatu masalah yang dianalisis oleh ahlinya
secara profesional. Karya ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan
yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diteima oleh
komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati.
Karya ilmiah merupakan tulisan
yang memiliki bobot akademis tertentu ditinjau dari aspek organisasi tulisan,
substansi masalah, akurasi data, dan penyajian. Karya ilmiah juga merupakan
karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi, atau pemecahan masalah secara
sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa
baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan bukti-bukti empirik, tidak banyak
berguna jika tidak disebarluaskan. Oleh sebab itu, tulisan dapat dikatakan
ilmiah apabila tulisan tersebut berdasarkan fakta dan data, baik secara
teoritis maupun empirik yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ini
berarti tulisan ilmiah itu harus disajikan dalam bentuk tulisan yang objektif,
logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.[1]
Sistematika suatu karya ilmiah
sangat perlu disesuaikan dengan sistematika yang diminta oleh media publikasi
(jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan sulit untuk dimuat,
suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasikan. Walaupun ada
keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang akan
dipublikasi, namun pada umumnya meminta penulis untuk menjawab lima pertanyaan
berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?, (2) Kerangka acuan teoretik apa yang
dipakai untuk memecahkan masalah?, (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan
untuk memecahkan masalah itu?, (4) Apa yang ditemukan itu?, serta (5) Makna apa
yang dapat diambil dari temuan itu?.[2]
Dengan uraian tersebut,
diharapkan penulis dapat memulai menyusun karya ilmiah dan untuk lebih jelasnya
kami akan memaparkan langkah-langkah penyusunan karya tulis ilmiah.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Mempersiapkan Ide Dasar Karya Tulis Ilmiah?
B. Bagaimana Merumuskan Masalah?
C. Bagaimana Mengkaji Teori?
D. Bagaimana Menggali Data Lapangan?
E. Bagaimana
Mengolah Data?
F. Bagaimana
Menarik Kesimpulan?
III.
PEMBAHASAN
A.
Mempersiapkan Ide Dasar Karya Tulis
Ilmiah
Dalam
mempersiapkan ide hal yang dilakukan adalah pemilihan masalah atau topik dan
mempertimbangkannya. Topik
atau masalah adalah pokok pembicaraan. Topik
banyak tersedia dan melimpah di sekitar kita, misalnya persoalan
kemasyarakatan, pertanian, manajemen, akuntasi, sumber daya manusia,
kedokteran, teknik, industri, hukum, pariwisata, perhotelan, lingkungan hidup,
dan sebagainya.
Dalam hubungan dengan pemilihan topik yang hendak
diangkat ke dalam karya ilmiah, Keraf (1980: 111) berpendapat bahwa penyusunan
karya ilmiah lebih baik menulis sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok
persoalan yang benar-benar diketahui daripada menulis pokok-pokok yang tidak
menarik atau tidak diketahui sama sekali. Sehubungan dengan isi pernyataan itu,
Arifin dan Tasai (2006: 8) menyampaikan hal-hal berikut yang patut
dipertimbangkan dengan saksama oleh penyusun karya ilmiah seperti di bawah ini:
1.
Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman
kita maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari diri
kita karena hal itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.
2.
Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
3.
Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan
terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi
yang beraneka ragam.
4.
Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik
yang bersifat subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
5.
Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun
serba sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
6.
Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan
yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis.
Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur,
surat keputusan, situs web, atau undang-undang.[3]
B. Merumuskan
Masalah
Pada umumnya, untuk mengawali suatu
tulisan ilmiah, harus ada masalah yang akan dikaji. Dalam kasus ini, para
penulis pemula biasanya akan mengalami kesulitan dalam menemukan masalah. Oleh
karena itu, para penulis pemula sebaiknya banyak berlatih mengidentifikasi
masalah dan merumuskannya secara tepat. Keahlian ini dapat dibangun dengan cara
banyak berlatih.
Komponen-komponen
dalam menentukan masalah, antara lain:
1.
Cara
menemukan masalah yang akan dikaji dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik-teknik sebagai berikut:
a.
Kita
dapat melihat hasil kesimpulan dan rekomendasi hasil tulisan atau riset yang
pernah dilakukan oleh orang lain. Biasanya penulis membuat suatu rekomendasi
yang menyatakan bahwa riset yang dilakukan belum selesai secara sempurna
sehingga penulis lain dapat melanjutkan riset yang dinyatakan belum selesai
secara utuh tersebut dan diperlukan pengkajian lebih lanjut.
b.
Kita
dapat menemukan masalah dengan cara membaca teori yang berkaitan dengan topik
yang akan dikaji. Jika kita membaca teori dan referansi mengenai topik yang berkaitan dengan
kajian kita ,maka
kemungkinan besar kita akan menemukan ide masalahnya.
c.
Teknik
lain ialah, dengan melihat masalah yang sudah dikaji oleh orang. Masalah yang
sudah dikaji oleh orang lain dapat dikajikan sebagai bahan inspirasi untuk
menemukan masalah sendiri yang kemudian dapat dikembangkan. Salah satu cara yang
efektif ialah dengan mereproduksi atau mengaplikasikan metode yang digunakan
dalam konteks yang berbeda. Artinya, kita dapat mengembangkan masalah yang
mirip dengan menggunakan data atau fakta yang berbeda, yang berasal dari
konteks tempat dan waktu yang berbeda.
d.
Jika
memungkinkan, kita
dapat menemukan masalah yang baru dan layak untuk diteliti. Tentunya, ini
memerlukan usaha yang tidak mudah karena kita perlu melakukan observasi atau
eksperimen yang berulang-ulang.[4]
2. Masalah hendaknya dirumuskan dengan
jelas, yakni dengan merumuskan secara spesifik. Setiap konsep dalam rumusan itu
harus diberi
penjelasan. Selain itu dalam menentukan masalah, ada beberapa kesalahan dalam menemukan
masalah, antara lain:
a. Masalah terlampau luas.
b. Masalah terlampau sempit.
3. Permasalahan dapat dirumuskan dari bermacam-macam
sumber, yaitu:
a. Teori,
b. Dokumen,
c. Pengalaman,
d. Tingkah laku manusia,
e. Hasil penelitian, seminar, dan kegiatan ilmiah
lainnya.
4. Syarat-syarat perumusan masalah
Setelah
diperoleh permasalahan yang berasal dari sumber tertentu, kemudian
diformulasikan untuk mendapatkan identitas arah dan tujuan, sehingga tidak akan
menimbulkan keraguan dalam berpikir pada arah yang dimaksud. Syarat pada
umumnya dilakukan dengan memenuhi kondisi simpel antara lain sebagai berikut:
a. Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
b. Dirumuskan dalam susunan kalimat yang
sederhana dan mengurangi penggunaan istilah belum baku.
c. Dirumuskan secara singkat, jelas dan padat,
tidak menimbulkan kerancuan pengertian.
d. Perumusan masalah harus mencerminkan keinginan yang
hendak dicari.
e. Perumusan tidak mempersulit dalam
pencarian data lapangan terutama terhadap data langka.
f. Rumusannya dapat dipakai sebagai dasar
dalam perumusan hipotesa untuk menjaga kemungkinan keinginan dari peneliti lain
yang hendak menguji permasalah tersebut.
g. Karena permasalahan dapat dijadikan
dasar dalam penyusunan judul maka perumusannya harus dapat direfleksikan ke dalam judulnya.[6]
5.
Ada
beberapa ciri masalah yang baik, diantaranya:
a.
Masalah
yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian.
b.
Masalah
yang dipilih harus mempunyai fisibilitas.
c.
Masalah
yang dipilih sesuai dengan kualifikasi si peneliti.[7]
C. Mengkaji
Teori
Setelah masalah penelitian atau karya
ilmiah dirumuskan
maka harus dilanjutkan dengan kajian teori yang relevan dengan masalah dan
tujuan. Kajian teori dapat bersumber dari buku, jurnal, atau karangan ilmiah
yang telah ada.[8] Dalam science,
teori memegang peranan yang penting sekali. Teori sangat pokok dan
merupakan dasar bagi science. Dalam percakapan sehari-hari bila
dikatakan “itu teori belaka”, maka teori diartikan sebagai spekulasi, sesuatu
yang belum terbukti kebenarannya. Teori dianggap baru akan menjadi fakta, setelah
terbukti kebenarannya. Dianggap bahwa fakta itu dengan sendirinya benar dan
tidak perlu dibuktikan lagi.
Teori menunjukkan hubungan antara
fakta-fakta. Teori menyusun fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis sehingga
dapat dipahami. Fakta tidak dapat mengembangkan ilmu pengetahuan jika
dikumpulkan tanpa sistem. Sistem disusun berdasarkan teori. Tanpa sistem dan
teori, science tidak dapat mengadakan ramalan atau redaksi tentang apa
yang akan terjadi dalam kondisi tertentu. Jadi fakta dalam ilmu pengetahuan
adalah hasil observasi, tidak secara acakan, akan tetapi relevan dan bertalian
dengan teori. Maka teori dan fakta saling berhubungan. Perkembangan ilmu
pengetahuan terjadi karena interaksi antara fakta dan teori.
Teori merupakan alat science yang
penting sekali. Fungsinya, antara lain:
1.
Teori
mengarahkan perhatian
Teori
memberi orientasi atau arah kepada penelitian dan membatasi fakta-fakta yang
harus dipelajari dari dunia kenyataan yang luas. Tiap ilmu pengetahuan dan tiap
spesialisasi membatasi gejala-gejala bidang penelitiannya sehingga dapat
dikuasai. Teori dapat membantu menentukan fakta-fakta mana yang relevan bagi
suatu penelitian.
2.
Teori merangkum pengetahuan
Teori merangkum fakta-fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip,
sehingga fakta-fakta lebih mudah dipahami dalam rangka generalisasi itu. Teori
juga mencoba melihat hubungan antara generalisasi-generalisasi yang serba
kompleks dengan membentuk sistem-sistem pemikiran ilmiah.
3.
Teori meramalkan fakta
Dengan teori dicoba meramalkan
kejadian yang akan datang dengan mempelajari kondisi-kondisi yang menuju kepada
kejadian itu.[9]
D.
Menggali Data
Lapangan
Data
adalah informasi yang didapat melalui pengukuran- pengukuran tertentu, untuk digunakan
sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta. Sedangkan
fakta adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empirik.[10]
Menggali data lapangan merupakan jenis data yang
diklasifikasikan maupun dianalisis untuk mempermudah dalam menghadapkan pada
pemecahan permasalahan, data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat
baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi, angket, studi dokumentasi,
dan alat lainnya merupakan data primer. Data primer diperolehnya sendiri secara
mentah-mentah dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih lanjut.[11]
Secara
Metodologis dikenal beberapa teknik dalam menggali
data lapangan, diantaranya:
1.
Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan
terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi
disebut pengobservasian (observer) dan pihak yang diobservasi disebut
terobservasi (observee).
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan observasi:
a. Diarahkan pada tujuan tertentu, bukan bersifat
spekulatif, melainkan sistematis dan terencana.
b. Dilakukan pencatatan sesegera mungkin, jangan
ditangguhkan dengan mengadalkan kekuatan daya ingat.
c. Diusahakan sedapat mungkin, pencatatan secara
kuantitatif.
d. Hasilnya harus dapat diperiksa kembali untuk diuji
kebenarannya.
2.
Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab
lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang
mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Orang yang mengajukan
pertanyaan dalam proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan
yang memberikan wawancara disebut (interviewe).
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam wawancara:
a. Menjalani
hubungan baik dengan yang akan diwawancarai serta menjelaskan maksud dari
wawancara yang akan dilakukan dengan harapan dapat mengungkapkan sebanyak
mungkin data yang ingin digali.
b. Menyampaikan
pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner (berasal dari bahasa inggris yaitu quesionaire
yang artinya serangkaian pertanyaan) yang disusun secara sistematis (Wibster,
1978). Bila daftar pertanyaan dipegang oleh pewawancara sebagai pedoman,
disebut pedoman wawancara, bila disebarkan untuk diisi langsung oleh responden
disebut pedoman angket.
c. Mencatat semua
jawaban lisan yang diberikan oleh responden/informan secara teliti, efisien,
dan efektif dengan memperhatikan maksud yang tersirat dalam jawaban itu.
3.
Angket
Angket adalah teknik
pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan/isian) untuk
diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk
menghimpun pendapat umum.
4.
Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden,
seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti perkembangan klien melalui
catatan pribadinya.[12]
E. Mengolah
Data
Setelah data terkumpul, kemudian
dilakukan pengolahan data tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis
yang akan dikerjakan. Proses awal pengelolahan data itu dimulai dengan
melakukan editing setiap data yang masuk. Proses pelaksanaan editing,
ada enam hal yang perlu diperhatikan (Sudarso, 2005), yaitu:
a.
Lengkap tidaknya kuesioner yang akan
diisi.
b.
Keterbacaan tulisan.
c.
Kejelasan makna jawaban.
d.
Kesesuaian atau keajekan antara
pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lain.
e.
Relevansi jawaban.
f.
Keseragaman kesatuan data.
Setelah dilakukan proses editing,
dilanjutkan dengan proses coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban
responden menurut macamnya. Kemudian untuk memperjelas melihat kategori atau
klasifikasi data tersebut, dibuat tabel frekuensinya. Tabel tersebut dapat
berisi satu variabel (univariat), dua variabel (bivariat), atau
lebih dari dua variabel (multivariat).[13]
F. Menarik
Kesimpulan
Menarik
kesimpulan atau
konklusi merupakan rangkuman dari ide-ide yang telah disajikan dalam semua tulisan.[14] Kesimpulan dalam karya ilmiah bukanlah merupakan suatu
karangan atau diambil dari pembicaraan-pembicaraan lain, akan tetapi hasil
suatu proses tertentu yaitu “menarik”, dalam arti “memindahkan” sesuatu dari
suatu tempat ke tempat lain.
Menarik
kesimpulan harus mendasar atas semua
data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan
kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keinginan
peneliti. merupakan kesalahan terbesar apabila kelompok peneliti membuat
kesimpulan yang bertujuan menyenangkan hati pemesan, dengan cara manipulasi
data.
Bagian pokok dan merupakan pengarah
kegiatan penelitian adalah perumusan problematik. Di dalam problematika ini, peneliti mengajukan pertanyaan
terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari jawabnya melalui kegiatan penelitian. Sehubungan
dengan pertanyaan inilah maka peneliti mencoba mencari jawaban sementara yang
disebut hipotesis.
Sedangkan kesimpulan yang ditarik
berdasarkan data yang telah dikumpulkan, adalah merupakan jawaban, benar-benar
jawaban yang dicari, walaupun tidak selalu menyenangkan hatinya. Oleh karena
itu harus tampak jelas hubungan antara problematik, hipotesis, dan kesimpulan.[15]
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Langkah-langkah penyusunan
karya tulis ilmiah, adalah sebagai
berikut:
1. Mempersiapkan
Ide Dasar Karya Tulis Ilmiah
Dalam
mempersiapkan ide hal yang dilakukan adalah pemilihan masalah atau topik dan
mempertimbangkannya. Arifin dan Tasai
(2006:8) menyampaikan hal-hal berikut yang patut dipertimbangkan dengan saksama oleh
penyusun karya ilmiah seperti di bawah ini:
a.
Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita.
b.
Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian.
c.
Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas.
d.
Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif.
e.
Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiah.
f.
Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan.
2. Merumuskan
Masalah
Mengawali suatu tulisan
ilmiah, harus ada masalah yang akan dikaji.
Untuk mengidentifikasi masalah dan
merumuskannya secara tepat. Keahlian ini dapat dibangun dengan cara banyak
berlatih.
Komponen-komponen dalam menentukan
masalah, antara lain:
a.
Cara
menemukan masalah yang akan dikaji dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik-teknik.
b.
Masalah
hendaknya dirumuskan dengan
jelas,
c.
Permasalahan
dapat dirumuskan dari
bermacam-macam sumber.
d.
Adanya Syarat-syarat perumusan masalah.
e.
Adanya beberapa ciri-ciri masalah yang baik.
3. Mengkaji
Teori
Setelah masalah penelitian atau karya
ilmiah dirumuskan
maka harus dilanjutkan dengan kajian teori yang relevan dengan masalah dan
tujuan. Kajian teori dapat bersumber dari buku, jurnal, atau karangan ilmiah
yang telah ada.
Teori merupakan alat science yang penting sekali.
Fungsinya, antara lain:
a.
Teori mengarahkan perhatian.
b.
Teori merangkum pengetahuan.
c.
Teori meramalkan fakta.
4. Menggali
Data Lapangan
Menggali
data lapangan merupakan jenis data yang diklasifikasikan maupun dianalisis
untuk mempermudah dalam menghadapkan pada pemecahan permasalahan. Secara
Metodologis dikenal beberapa teknik dalam menggali
data lapangan, diantaranya:
a.
Wawancara.
b.
Observasi.
c.
Angket.
d.
Studi dokumentasi.
5. Mengolah
Data
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan
data tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan.
Proses awal pengelolahan data itu dimulai dengan melakukan editing
setiap data yang masuk, dilanjutkan dengan proses coding, yaitu
mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya. Kemudian untuk
memperjelas melihat kategori atau klasifikasi data tersebut, dibuat tabel
frekuensinya.
6. Menarik
Kesimpulan
Menarik
kesimpulan atau
konklusi merupakan rangkuman dari ide-ide yang telah disajikan dalam semua tulisan. Menarik kesimpulan harus mendasar atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian.
B.
Saran
Demikian makalah tentang Langkah-Langkah
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang sudah kami paparkan. Kami menyadari
makalah kami jauh dari sempurna, maka dari itu kritik yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Harapan dari
pemakalah, semoga maklah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
BIODATA PEMAKALAH
Nama : Lailatus Saadah
Nim : 123911059
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
TTL : Jepara, 05 Februari 1994
Alamat : Ds. Kedungmalang, Kec. Kedung, Kab. Jepara
No. hp :
081578058667
Email : laila_saadah94@yahoo.co.id
Twiteer :
@laila_saadah94
Facebook :
Lailatus Saadah
Nama
: Liani Ida Lutfiyati
Nim
: 123911061
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
TTL
: Grobogan, 11 Desember 1993
Alamat
: Ds. Genengadal Kec. Toroh Kab. Grobogan
No. hp :
089610178345
Email
: lianilutfia@gmail.com
Twiteer
: @LianiIda
Facebook : Lia Lutfia
Nama
: Nurul Fitri H
Nim
:
Jurusan
:
TTL
:
Alamat
: Ds. Kec. Kab.
No. hp :
Email
:
Twiteer
:
Facebook :
[4] Jonathan Sarnowo, Pintar
Menulis Karangan Ilmiah: Kunci Sukses Dalam Menulis Ilmiah, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010), hlm. 5-6
[5] S. Nasution, Metode
Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm 18-22
[6] Joko Subagyo, Metode
Penelitian dalam teori dan praktek, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1991), hlm.
82-83
[10] Abdurrahmat
Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 104
[11] Joko
Subagyo, Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:PT Rineka
Cipta, 1997), hlm. 87
[12] Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik
Penyusunan Skripsi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 104-112
[15] Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hlm. 385